Komoditas penyumbang utama inflasi adalah kebutuhan pokok seperti beras, cabai merah, cabai rawit, daun bawang, kentang, kopi bubuk, gula pasir, maupun mie goreng.
Berdasarkan pantauan di lapangan, pasar murah terintegrasi ini menyediakan bahan pokok seperti beras, minyak goreng, telur, hingga bumbu masakan.
Harga yang ditawarkan memang jauh lebih murah dibanding harga di pasaran. Bawang merah, misalnya, di pasar murah harganya Rp 18 ribu per kilogram, sedangkan harga normalnya Rp 24 ribu. Beras SPHP berat 5 kg dijual seharga Rp 59 ribu, sedangkan harga eceran tertinggi biasanya di angka Rp 65 ribu.
Ada pula daging ayam seharga Rp 28 ribu, jauh lebih murah dibanding harga di pasar Rp 30 ribu. Telur ayam negeri seharga Rp 48 ribu per karpet, di pasaran Rp 56 ribu.
Selisih harga tersebut yang dinantikan para warga. Salah satunya, Ratna, mengungkapkan kepada Media Center bahwa ia berbelanja kebutuhan pokok ke pasar murah setelah mendapat informasi dari tetangga.
Yang seperti ini yang kami tunggu. Di pasar kan harganya lebih tinggi dari ini, tempatnya juga jauh. Kalau ada pasar murah, bisa jalan kaki dari rumah, harganya pun beda dengan di pasar,” terang ibu paruh baya tersebut.
Pasar murah ini terselenggara berkat kerja sama dengan Bank Indonesia, Dinas Perdagangan, Dinas Pertanian, Dinas Ketahanan Pangan, Perum Bulog, Biro Perekonomian, Dinas Peternakan, Satgas Pangan, Polisi Resort Kota Bengkulu, dan Satpol PP Provinsi Bengkulu.
Sesuai namanya, pasar murah ini terintegrasi dengan kegiatan pemeriksaan kesehatan gratis dan vaksin rabies. Ada pula penyaluran bantuan dari Baznas Provinsi Bengkulu dengan jumlah total Rp 5 juta untuk 20 kaum dhuafa. Bantuan diserahkan secara simbolis oleh Gubernur Rohidin. *** Rls. ( Budi. R )